Website ini memuat informasi masa depan

Archive for May 21, 2013

Menguap yang Menular

Do You Know?

Menguap yang Menular
image

Salah satu tanda seseorang sedang mengantuk adalah menguap. Menguap juga indikasi bahwa seseorang itu butuh asupan oksigen dalam tubuhnya. Tapi, jika seseorang menguap lantas orang lain di sekitarnya ikut menguap, benarkah mereka sama-sama merasakan kantuk dan membutuhkan oksigen? Kenapa menguap bisa ”menular” seperti itu?

Ya, alasan menguap nggak cuma mengantuk dan butuh oksigen. Pasalnya, kita bisa turut menguap ketika melihat orang lain menguap meski kita sedang dalam keadaan nggak kekurangan oksigen. Jika kita melihat orang lain menguap, rasanya hampir nggak mungkin mencoba menahan untuk tidak ikut menguap. Bahkan, cuma dengan membaca tulisan tentang menguap, bisa membuat kita menguap juga, lo.

Rupanya, kita yang ikut menguap ketika orang lain menguap itu merupakan tanda empati dan bentuk ikatan sosial. Fenomena tersebut didorong oleh kedekatan antarindividu. Ya, penularan emosi menjadi insting utama yang mengikat seseorang dengan orang lain, dan menguap merupakan bagian dari hal itu.

Contoh lain seperti saat kita ikut tertawa atau menangis ketika sahabat kita melakukannya. Menguap juga menular dengan cara yang serupa itu. Menguap yang menular, dapat meningkatkan ikatan sosial dan secara khusus dapat menyebarkan dan saling berbagi rasa stres atau rasa nggak tenang pada suatu kelompok.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ivan Norscia dan Elisabtta Palagi mengungkapkan penularan menguap lebih cepat terjadi di kalangan kerabat ketimbang orang asing. Ilmuwan asal Universitas Pisa, Italia itu menemukan frekuensi empati terbesar adalah kerabat, diikuti teman, kenalan dan yang terakhir adalah orang asing.

Studi lain juga mengungkap bahwa anak kecil nggak melakukan hal ini sampai mereka berusia empat tahun. Sedangkan anak-anak dengan autisme cuma memiliki kemungkinan 50% untuk menunjukkan perilaku seperti mereka yang normal. Bahkan dalam kasus paling parah, mereka nggak pernah menguap walau melihat orang lain menguap. Oleh karena itu, kini menguap dapat membantu dokter untuk mendiagnosis gangguan perkembangan pada anak. (62)

Otit

Sumber  :  suaramerdeka.com